Sumber: garisbuku.com |
Assalaamu'alaikum wr.wb.
Di sini saya hanya bisa membuat konten tentang naskah teater saya saja karena kalau saya juga membuat konten tentang naskah asli maka saya tidak ingin kena copyright atau yaa seperti itulah. Untuk naskah aslinya bisa kamu buka di buku Jangan Bilang Siapa-Siapa bagian "Lari atau Mati", itu sepertinya Bab 8 kalau nggak salah.
Dan saya lupa mengapa di bagian dialognya tidak ada tanda petik. Maaf :')
Kalau bisa lihat ni puisi di PC/Laptop ya
Supaya bisa lihat struktur puisinya
Kalau hanya ada HP, bisa diubah ke situs desktop, lalu dimiringkan/landscape HPnya, dan
TIDAK BOLEH DICOPYPASTE!!!
HAK CIPTA INI, JANGAN MAIN-MAIN
Ok Terima kasih ^v^
--------------------------------------------------------------------
Naskah Modifikasi
Bagian 1 :
DI
PAGI HARI YANG CERAH, ADA SEORANG SISWA PINDAHAN DARI KOTA YOGYAKARTA
KE JAKARTA. DIA MELANJUTKAN SEKOLAH SMU DI JAKARTA. KETIKA DIA MASUK
KE KELAS, KEADAAN KELAS SANGAT RAMAI DAN TIDAK ADA GURU YANG
MENGAJAR.
Thomas : Eh, Lu anak pindahan dari Yogya ya? (senyum)
Radela : Iya. (agak kaku)
Thomas
: Oh... Nape pindah ?
Radela : Orang tuaku bekerja di kota Jakarta, makanya kami pindah supaya
orang tuaku tidak bolak-balik.
Thomas :
Ooohhhh...
Sila : Terus terus, punya berapa saudara ? (Datang secara tiba-tiba)
Radela : Hanya kakak. (Senang)
Dito : Eh iya, nama lengkap lo sapa ya? Gue agak lupa tadi, kayaknya
panjang banget deh ! (Penasaran)
Radela : Roro Ayu Radela Siti Alifia Lestari Yahya Zalzabila Murtianingsih
Diningrat.
Sila : Panjang banget ! Artinya apaan tuh ? (Penasaran)
Radela : Hm... Radela cantik. (tertawa kecil)
Dito : Hah, bisa aja loe. (Ketawa)
Radela : Em, namamu siapa? (menghadap ke Dito)
Dito : Oh, Gue ? Panggil aja gue, Dito.
Radela : Lalu, ini ... (Menunjuk ke Sila, Belum selesai bicara)
Dito : Ini gebetan gue, Sila. Dan, ini mantan gue, Thomas. (Tangan Dito
memperkenalkan Sila dan Thomas)
Sila : Gebetan ? Mantan ?? Ga salah tuh?
Dito : Em... Emang dimana salahnya ?
Thomas : sekalimantan kali ! ( teriak kepada Dito)
Sila : Sudah ! Anak pindahan, Selamat datang di sekolah SMA Jakarta.
Mungkin kamu sudah terbiasa dengan kehidupan sekolah Yogyakarta,
tetapi karena di Jakarta ini agak berbeda, maka kamu perlu
menyesuaikannya lagi. Ok? (senyum tulus)
Dito : Heh, dia tuh punya nama ! (Melirik Sila)
Sila : Eh, namamu siapa ya? (senyum gigi)
Thomas
: Panggil aja Radela.
Sila : Oh, dah punya pacar ?
Radela : Haha, belum ,Sil. (tertawa)
Dito : Sangat disayangkan. Padahal kamu cantik loh, rugi kalau belum
pacaran.
Sila : Saran gue ya Del, jangan cari pacarlah. Jomblo aja, tapi asyik
punya teman banyak.
Dito : Emangnya kayak Lo. (salah satu alis mata naik)
Sila : Haha, kan beda cerita. (Tertawa)
ISTIRAHAT
PUN TIBA. RADELA MASIH BERKUMPUL DENGAN TEMAN-TEMANNYA DI KELAS.
Arfan : Guys guys, ada berita baru nih ! (melambai-lambaikan tangan)
Sila : Berita apaan, Fan ?
Arfan : Em... Hari ini, semua guru ada acara rapat nih ! Jadi, mulai
sekarang sampai pulang sekolah nanti akan jamkos !
Yeeeaaaa...!!! (Teriak ceria)
Dito : Hah, jamkos doang ? Membosankan ! (kedua tangan diangkat
sepinggang seperti membawa sesuatu padahal tidak ada)
Radela : Apa itu jamkos ?
Thomas
: Masa loe nggak tahu ? Jamkos tu artinya jam kosong.
Sam : Kita tidak menikmati jamkos di sini. Kita akan cari di tempat
lain.
Sila : Ahh... Bolos sekolah ?
Arfan : Yak, tul. (tangan kanan Arfan menembak Sila)
Dito : Wah, ide bagus ! Bagaimana kalau di jalan seperti biasa ?
Sam : Ya, disitu lebih aman.
Thomas
: Bawa barangnya juga !
Radela : Barang apaan Thomas ?
Thomas
: Barang yg sering kami bawa dan pakai sehari-hari di tempat sana.
(senang)
Dito : Jadi, kapan bolosnya ? (berbisik)
Sam : Beresin dulu tuh peralatan sekolahmu. (Beranjak keluar kelas)
Radela : Tunggu, teman-teman ! (semua diam sejenak)
Sam : Hah, dia siapa ? (Melihat ke arah Radela)
Radela : Aku tahu kalau aku anak pindahan baru disini. Maafkan aku harus
bilang ini. Tapi, ini untuk kebaikan kalian. Tolong jangan bolos,
itu nggak baik. Orang tua kita telah membayar sekolahan ini
dengan tidak mudah. (Bernada halus)
Arfan : Heh, anak baru. Gue dan teman2 yg ada di sekitar Loe dah sering
melakukan hal ini. Bisa dibilang kalau kami tuh langganan bolos
sekolah. (Senyum sinis)
Sam : Lo anak baru ya? Yang dari Yogya itu ?
Radela : Iya.
Sam : Kalo lo baru pindahan, jangan ikut kami dulu deh. Disini dulu
untuk beberapa lama. Kalo dah beberapa minggu, baru Lo boleh ikut
kami, Ok ?
Radela : (Terdiam)
MEREKA
PUN PERGI BOLOS SEKOLAH DAN MENINGGALKAN RADELA DI DALAM KELAS.
SEMENTARA ITU, RADELA TAMPAK KEBINGUNGAN DI BANGKU SEKOLAHNYA ITU.
Radela : Lebih parah dari yang kuduga. Ma, Pa, aku ingin pindah sekolah.
Aku nggak ingin di sini ! (Menangis kecil)
HARI
BERPINDAH KE HARI SELANJUTNYA, DAN SETERUSNYA. RADELA MERASA KURANG
BERSEMANGAT DALAM BELAJAR KARENA KEADAAN SEKOLAHNYA YANG KURANG
MENDUKUNG. MINGGU KE-2 PUN BERLALU.
Radela : Sil, ngerjain tugas, yok ! (Memberi buku ke Sila)
Sila : Ah males ! Untuk apa ngerjain tugas ? Paling hanya untuk dapet
nilai bagus ! Nggak menentu kesuksesan ! (Menolak dengan tangan)
Radela : Ya udah deh. (Kembali membaca buku)
Arfan : Del, lihat deh ! Gamenya asyik loh ! (Menyenggol Radela)
Radela : Game apa ? (Memandang Arfan)
Arfan : Game pesawat terbang lah. Favoritku. (Merasa bangga)
Radela : Pesawat ?! Mana ? Aku mau ! (Melihat game yang dimainkan Arfan)
Arfan : Haa... Ni seru nih ! (asyik main game)
Radela : Wih ! Skornya tinggi banget ! (bertepuk tangan)
Arfan : Hebatkan ? Gue gitu loh... (meletakkan HP di meja, menepuk dada)
AKHIRNYA,
RADELA PUN TERTULAR PENYAKIT MALAS DARI TEMAN-TEMAN SEKITARNYA.
Bagian 2 :
SUDAH
2 BULAN BERLALU, RADELA MENETAP DISINI. DARI RUMAHNYA, TIBA-TIBA...
(Radela
dan Frida habis turun dari mobil)
Frida : Yok, Del.
Radela
: Ini dimana ?
Frida : Ikut aja. (telapak tangan mengayun dari belakang dan jari tangan
menekuk)
(Radela
dan Frida berjalan ke suatu tempat)
SESAMPAI
DI DEKAT WARUNG.
Radela : Eh, kalian ...
Thomas
: Hei bro, selamat datang. (Melambaikan tangan kepada Radela)
Dito : Pas banget ! dateng deh 2 orang. Haha (Tertawa lepas)
Sila : Biasa Del, Dito dah mulai duluan.
Radela : (Terdiam)
Sam : Habis darimana?
Frida : Habis kabur dari rumah.
Arfan : APA ?! Kenapa ? (Kaget)
Frida : Rumah gue kumuh, cuy !
Arfan : Kumuh ? Perasaan, rumah lo penuh dengan kilauan emas deh. Masa
langsung jatuh miskin ? Ih, nggak level !
Frida : Bukan gitu, Fan ! Tapi kumuh dengan aturan-aturan yang nggak jelas
! (Teriak)
Thomas
: Aturannya emang seperti apa ?
Frida : Yaa seperti tidak boleh pulang malam-malam lah, harus selalu
belajar lah, kan gue malezzz....
Sam : Gue tau, tapi si Dela ini napa juga lo bawa-bawa ?
Frida : Enaknya asal ngomong ! Kami senasib, tau !
Radela : Gue kabur dari rumah karena terlalu banyak aturan yang nggak
jelas, tidak boleh sembarangan dalam berpakaian lah, harus dapat
nilai baguslah, dan masih banyak lagi deh. Dan ditambah lagi,
orang tua gue tuh terlalu sibuk kerja dan jarang merhatiin
anaknya ! Apalagi papa gue dah keras sama gue ! Kan gue jadi
kesepian. (agak menangis dan marah)
Sila : Sabar yah, Del. (sedih)
Dito : Apaan, hidup ini napa harus dibuat susah ? Percuma ! (Sambil
mabuk)
Arfan : Apaan sih tu anak ! (marah)
Dito : Hidup ini jangan ditambah susah, santai aja. Kalau sudah salah, ya
salah. Kalau sudah benar, ya benar. Gampangkan?
Thomas
: Dito.
Dito : Anggap aja kita seperti berjalan menginjak kerikil yang malah
membuat kita tertawa, tapi sebenarnya kaki kita sakit, hahaha !
(tertawa lepas)
Arfan : Apaan sih ! (marah)
Sam : Benar juga.
semua : HAA ?! (melihat Sam)
Sam : Hidup ini nggak usah dibuat susah. Senang ya senang, sedih ya
sedih.
Sila : Hm.. betul juga. (ikut berpikir)
Sam : Maka dari itu, ma ... (belum selesai ngomong)
Thomas
: Mari kita bersenang-senang ! (memotong Sam bicara, berteriak
sambil mengeluarkan barang dari tas)
Radela : Apa itu, Thom ?
Sam
: Lo baru pertama kali ke sini kan?
Radela
: (terdiam)
Sam : Ini tempat kami nongkrong. Kami habiskan masa-masa kami disini.
Disini tempat anak yang suka mencari kebahagiaan. Berarti,
ketika ada anak yang disini, maka dia langsung bahagia dan tidak
peduli dengan yang lain. (senyum)
Radela
: Ooohhh ...
Sam : Lo mau nyoba ?
Radela
: Nyoba apa ?
Thomas
: Tadaa ! (melihat barang-barang yang ada di tengah perkumpulan)
Arfan : Ih, banyak kali !
Sila : Wahhh ! Pesta donk ?! (ceria)
Thomas
: Iya donk, hehe...
Radela
: Itu ... (bingung)
Arfan : Nah (memberi sebatang rokok ke Radela)
Radela
: Rokok ?
Frida : Rokok adalah teman kami. Kalo lo teman kami, berarti rokok pun
juga teman lo. Ayo coba ! (senyum )
Radela
: (mengambil rokok dari tangan Arfan). Tapi, rokok itu kan bahaya ?
Sam : Rokok juga bisa membuat lo senang, walaupun hanya sebentar. Coba
aja dulu, pasti enak kok. (suara mengajak)
(Radela
masih terdiam memandang rokok yg dipegang, sementara yang lain sedang
menunggu)
Thomas
: Masa Radela takut ama rokok sih ?
Sila : Ayo Del, coba dulu.
Frida : Ayo Del.
Radela
: Iya iya iya, gue coba dulu.
(Radela
menyalakan korek api untuk rokoknya, lalu menghisapnya)
Radela
: Uhuk uhuk !
Semua
: (tertawa)
Arfan : Masa gitu aja batuk ? Payah kamu ! (tertawa)
Sam : Coba lagi dulu.
AKHIRNYA,
RADELA PUN MEROKOK SEDANGKAN YANG LAINNYA PUN JUGA IKUT MEROKOK.
SEBATANG DEMI SEBATANG DIA HABISKAN HINGGA BEBERAPA BUNGKUS ROKOK.
SAMPAI AKHIRNYA,
Thomas
: Hebat juga lo, langsung habis tu 2 bungkus rokok. (tertawa kecil)
Radela : Ya iyalah ! Masa gue, Radela nggak bisa melakukan ini ?!
Frida : Oh gitu... Thom, masih ada yg lain nggak ? (melihat ke
barang-barang di tengah perkumpulan)
Thomas
: Yang lain ... (berpikir sambil mencari barang-barang yang ada di
tengah perkumpulan)
Frida : Itu tuh. (mata menunjuk barang tersebut)
Thomas
: Oohh ! (Mengambil barang tersebut). Del, coba yang ini. Ini sangat
spesial di tempat nongkrong kami (Memberi sebuah ganja ke Radela)
Radela : Itu apa ?
Thomas
: Ganja lah, masa lo nggak tau ? (memberi ganja ke Radela)
Radela : Ooohh... Ganja seperti itu ya? (mengambil dan melihat ganja dari
Thomas)
Frida : Masa baru tahu sih ? (kaget)
Arfan : Kuper Lo ! Lol !
Radela : Yaa, habis gimana ? Gue kan selalu belajar di rumah, keluar rumah
aja nggak boleh sama mama dan papaku kok, harus punya alasan yang
lebih kuat lagi untuk bisa keluar rumah dengan izin mama papaku.
Sam : Nah, coba tuh Del. Enak juga lho.
Thomas
: Jangan lupa ! Isaplah Ganja dengan Hookah ! (Memberi hookah ke
Radela)
Radela : Hookah ? (berpikir sambil mengambil dan melihat hookah dari
Thomas)
Sam : Caranya seperti ini. (Mengisap ganja dengan hookah)
(Radela
melakukan apa yang dilakukan Sam, yg lainnya melakukan hal yg sama)
AKHIRNYA,
RADELA PUN MENGENAL YANG BERNAMA GANJA. DIA TELAH MASUK KE DUNIA
HITAM.
SUDAH
3 JAM PUN BERLALU. MEREKA BERTUJUH SEDANG DALAM KEADAAN DIAM DALAM
MABUK. MEREKA SAMPAI TERTIDUR, ADA JUGA YANG TELAH SADAR.
Kring-kring
! Kring-kring ! (suara telepon)
Dito : Hm ? Suara telepon ? (sudah sadar)
(Dito
memerhatikan sekelilingnya untuk mencari sumber suara telepon
tersebut)
Dito : Guys, ada suara telepon tuh !
Frida : Suara telepon ? (setengah sadar)
Sam : Suara telepon ? Hm... (mata masih berat, baru bangun tidur)
Kring-kring
(suara telepon berbunyi dan bergetar)
Sam : Eh, Del Del, bangun Del. (membangunkan Radela)
Radela
: Ha ? (masih ngantuk berat)
Sam : Tu telepon lo kan yang bunyi ?
Radela
: Ha ? (masih ngantuk berat)
Frida : Angkat Del.
(Dito
ke belakang untuk mengambil air)
Dito : Del. (membawa semangkok air, lalu mendekat ke Radela)
Radela
: Ha ? (masih ngantuk berat)
Dito : Ha he ha he, Hah ! ( menyiram air ke muka Radela)
Dito : Hahaha !
Frida : Dito ! ( Marah)
Dito : Habis, gimana lagi ? Dia kan masih ngantuk, ya udah deh gue kasih
air aja biar nggak ngantuk lagi, hahaha ! (tertawa)
Sam : Sudah sudah ! Radela, angkat teleponmu tu. Siapa tau penting.
(Radela
mengangkat telepon yang ada di sakunya)
Radela
: Halo ? (sambil mendengar suara telepon yg sedang berbicara)
Radela
: APA ?! GA MUNGKIN ! ( kaget dan teriak)
(semua
pun ikut tersentak)
Radela
: Ya ya. Aku akan ke sana. Ya, makasih. (menutup telepon)
Frida : Ada apa, Del ?
Radela
: Mama gue masuk Rumah sakit ! (panik)
Frida : Ya udah, gue antar lo ke rumah sakit ya? (ekspresi empati)
Dito : Lo dah sadar sepenuhnya ? (memegang tangan Frida)
Frida : Dah, gapapa kok. (berdiri sambil mengeluarkan kunci mobil dari
sakunya)
Sam : Ya udah, hati-hati. Biar ini kami bereskan.
Radela
: Duluan ya, guys ! (buru-buru pergi)
(Radela
dan Frida menuju tempat mobil Frida berada)
Sam,
Dito : Ya.
Bagian 3 :
RADELA
DAN FRIDA PUN PERGI KE RUMAH SAKIT. HINGGA BEBERAPA JAM KEMUDIAN...
Radela
: Mama ! Mama ! ( berjalan panik sambil menangis)
Kakak : Eh... Del !
Radela
: Kakak ! Mama ! (Melihat dan menuju kakak)
Kakak : Mama dah meninggal. (bernada lesu dan sedih)
Radela
: HA ?! Ga mungkin ! Napa ?! (memegang kerah baju kakak)
Kakak : Mama dah lama sakit ginjal, tapi tidak ketahuan.
Radela
: Mama ... (menangis sedih)
Papa :
Dan juga karena kamu. (baru keluar dari kamar Mama, Muka kesal)
Radela
: Maksud papa ? (melihat papa)
Papa : Kamu selalu keluar rumah tanpa minta izin mama dan papa, kamu
selalu buat kesalahan yang merepotkan, dan kamu malah kabur dari
rumah ?!
Radela : Em... itu... (Menunduk)
Papa : Anak macam apa kamu ?! Sukanya ngrepotin orang tua ?! (Teriak dan
tangan menunjukkan jari telunjuknya ke depan muka Radela)
(Radela
menunduk dan menangis)
Papa : Sekarang, sudah terlanjur semua. Hhh ! (Kesal sambil menangis
kecil menuju kamar Mama)
(Radela
menangis tragis sambil duduk)
(Frida
mengelus punggung Radela)
Radela
: Kak, apa kakak juga menganggapku sama seperti yang papa katakan ?
(memandang kakak berkaca-kaca)
Kakak
: Em... Sebenarnya, yang dibilang papamu bukannya kenyataan Del ?
Radela
: Oh... Makasih kak. (Dengan suara lesu dan sedih menangis)
RADELA
HANYA BISA TERDIAM MENANGIS SEDIH. SEMUA SUDAH TERLAMBAT UNTUK
DISESALI. SEKARANG, APAKAH RADELA INGIN BERTAHAN DALAM HIDUPNYA ITU,
ATAU MENJATUHKAN DIRI KE DALAM LUBANG HITAM ?
0 komentar: